Secara etimologis, etika dapat pula disamakan dengan moral. Moral
berasal dari bahasa latin “MOS” yang berarti adat kebiasaan. Secara etimologis,
kata moral sama dengan etika yaitu nilai – nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya didalam
komunitas kehidupannya.
Hal senada disampaikan oleh Lawrence konhberg (1927 – 1987),
yang menyatakan bahwa etika dekat dengan moral. Lawrence menyatakan bahwa
pendidikan moral merupakan integrasi sebagai ilmu seperti psikologi, sosiologi,
antropologi budaya, filsafat, ilmu pendidikan, bahkan ilmu politik.
Hal-hal itu
yang dijadikan dasar membangun sebuah etika. Lawrence konhberg juga mencatat 6
orientasi tahap perkembangan moral yang dekat hubungannyan
1.
Orientasi pada hukuman, ganjaran, kekuatan fisik
dan material
Nilai-nilai yang bersifat kemanusiaan tidk dipersoalkan pada
orientasi ini. Orang cenderung takut pada hukuman dibandingkan sekedar
enjalankan mana yang baik atau mana yang buruk
2.
Orientasi hidonistis hubungan manusia
Orientasi ini melihat bahwa perbuatan besar adalah perbuatan
yang memuaskan individu dan atau kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia
dipandang seperti hubungan formal di tempat umum, unsure kewajaran adalah timbale
balik. Hal itu terlihat pada adanya tanggapan seperti “jika anda merugikan saya, saya juga bisa merugikan anda”. Orientasi
ini tak mempersoalkan kesetiaan, rasa terima kasih dan rasa keadilan sebagai
latar belakang pelaksanaan etika
3.
Orientasi konformitas
Orientasi ini sering disebut orientasi “anak manis”, dimana
seseorag cenderung mempertahankan harapan kelompoknya, serta memperoleh
persetujuan kelompoknya. Sedangkan moral adalah ikatan antar individu. Tingkah laku
konformitas dianggap tingkah laku wajar dan baik
4.
Orientasi pada otoritas
Pada orientasi ini orang lebih cenderung melihat hokum,
kewajiban untuk mempertahankan tata tertib social, religious, dan lain-lain
yang dianggap sebagai nilai utama dalam kehidupan
5.
Orientasi kontrak social
orientasi ini dilatarbelakangi adanya tekanan pada persamaan
derajat dan hak kewajiban timbale balik atas tatanan bersifat demokratis. Kesadaran
akan relativitas nilai dan pendapat pribadi, pengutamaan pada prosedur dan
upaya mencapai kesepakatan kostitusional dan demokratis, kemudian diangkat
sebagai moralitas resmi kelompok tersebut.
6.
Orientasi moral prinsip suara hati, individual,
komprehensif, dan universal
Oerientasi ini member nilai tertinggi pada hidup manusia,
dimana persamaan derajat dan martabat menjadi suatu hal pokok yang
dipertimbangkan.
Beberapa ahli membedakan etika dengan moralitas. Menurut sony
keraf (1991), moralitasadalah system nilaitentng bagaimana kita harus hidup
dengan baik sebagai manusia. Nilai-nilai moral mengandung petuah-petuah,
nasehat, wejangan, peraturan, perintah dan lain sebagainya yang terbentuk
secara turn-menurun melalui suatu budayatertentu tentang bagaimana manusia harus
hidup dengan baik agar menjadi manusia yang benar-benar baik.
Frans magnis suseno (1987) memiliki pernyataan yang sepaham
dengan pernyataan di atas, bahwa etik adalah sebuah ilmudan bukan sebuah
ajaran, sedangkan yang memberi manusia norma tentang bagaimana manusia harus
hidup adalah moralitas. Etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma
dan ajaran tersebut. Sebagai contoh moralitas langsung mengatakan kepada kita “inilah cara anda mlakukan sesuatu”…, sedangkan
etika justru akan mempersoalkan “mengapa
untuk melakukan sesuatu tersebut harus menggunakan cara itu ?”
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkn bahwa
etika dan moral dapat digambarkan sebagai dua arah objek yang saling beririsan
(intersection). Disatu sisi etika berbeda dengan moral. Etika erupakan refleksi
kritis dari nilai-nilai moral, sedangkan dengan kondisi berbeda ia bisasama
dengan moral, yaitu nilai-nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah laku di dalam komunitas kehidupannya.
No comments:
Post a Comment